">

Rabu, 06 Oktober 2010

Ayat Al-Quran sebagai GRANAT


Tulisan yang menarik dan menggelitik pemikiran saya ini sengaja saya copas dan saya ‘share’kan agar kita bisa belajar, belajar dan belajar untuk membuka diri & hati menerima segala pebedaan yang telah diciptakan Tuhan demi kebaikan umat Islam
Sabaaar…... Anda jangan langsung naik pitam membaca judul tulisan ini. Baca dulu isinya., nanti yang mengeluarkan pernyataan ini sama-sama kita lempar dengan granat. Karena dia memang kurang ajar. Sekarang coba kita simak dulu apa yang dia katakan:

Saya:
Pernyataan anda kok garang sekali ya?

Blogger Kurang Ajar:
Itu masih lumayan. Bagaimana jika saya katakan ayat Al Quran itu telah jadi berhala?

Saya:
Waduh..! Ngeri mas. Maksudnya gimana ya?

Blogger Kurang Ajar:
Ayat Al Quran tidak lagi dikunyah. Tapi ditelan langsung bulat-bulat.

Saya:
Bukankah seharusnya memang begitu mas? Ayat Al Quran itu kan firman Tuhan yang tidak ada keraguan di dalamnya?

Blogger Kurang Ajar:
Betul. Ayat Al Quran itu firman Tuhan., dan perlu anda pahami firman Tuhan itu seluas isi langit dan bumi. Semua yang terbentang di alam ini merupakan ayat-ayat Tuhan yang hidup. Dan anda tidak akan sanggup mencatatnya, walaupun sampai kering air laut untuk dijadikan tinta untuk menuliskanya. Dan Al Quran, merupakan percikan dari sititik firman Tuhan yang Maha Luas.

Saya:
Jadi…?!?!?

Blogger Kurang Ajar:
Ya jadi jangan dikira dengan membaca Al Quran anda sudah menangkap makna dari firman Tuhan. Itu baru kumpulan tulisan mati. Bahasa Arab. Kalau bahasa Tuhan tidak akan bisa anda pahami. Anda terbatas. Tapi Tuhan mengerti semua bahasa. Karena mamang DIA lah yang menciptakannya.
  
Saya:
Maksudnya gimana nih mas. Arah pembicaraannya kemana gitu lho..??

Blogger Kurang Ajar:
Tapi anda ingin penjelasan kenapa saya katakan ayat Al Quran jadi berhala. Maksudnya, ketika ayat itu anda pahami secara harfiah maka ia tak obahnya seperti patung. Mati. Kaku. Tidak punya keluasan makna lagi.

Saya:
O begitu toh maksudnya. Okey. Sekarang ayat Al Quran sebagai granat?

Blogger Kurang Ajar:
Itu kelanjutan dari berhala. Ketika anda baca ayat itu secara harfiah lalu dengan seenaknya menjadikan ayat itu untuk menilai orang lain. Anda baca beberapa ayat untuk menghujat keimanan, sikap dan perilaku orang lain, tanpa anda pahami hikmah ayat itu dan situasi dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Saya:
Maaf mas, bingung lagi nih…

Blogger Kurang Ajar:
Contoh. Nabi Muhammad itu kan suri tauladan umat Islam. Segala perbuatannya menjadi contoh yang akan kita tiru. Apalagi akhlaknya. Karena seperti kata isterinya Aisyah, akhlak beliau itu sama Al Quran. Identik. Artinya anda pahami inti sari dari hikmah Al Quran, ya seperti itulah akhlak Nabi.

Saya:
Hmm … jadi..?!?!????

Blogger Kurang Ajar:
Tapi bagaimana cara anda meniru perbuatan Nabi..?!?!?

Saya:
Ya di amalkanlah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Blogger Kurang Ajar:
Betul… maksud saya begini. Misalkan Nabi memakan korma, makan gandum, dan naik onta…. Apakah itunya yang anda tiru..?
 
Saya:
Ya kalau bisa iyalah mas….karena itu kan sunnah.? Semakin dekat kehidupan kita seperti apa yang beliau lakukan berarti semakin dekat pula kita pada Islam yang sebenarnya. Tapi dia contoh sosok hamba Tuhan yang mengamalkan nilai-nilai Islam secara kaffah…???

Blogger Kurang Ajar:
Hahaha…! Berarti anda juga sudah menjadikan Nabi sebagai berhala.

Saya:
Lho…koq..?!?!?

Blogger Kurang Ajar:
Yang anda tiru itu hakikat dari perbuatannya. Bukan harfiahnya. Kalau Nabi makan korma ya anda makan nasi. Hakikatnya kan makanan. Agar nikmat kesehatan yang diberikan Tuhan anda pelihara. Kalau dia naik onta ya anda naik motor atau mobil. Hakikatnya kan kendaraan. Kalau nabi berzakat dengan korma atau gandum, ya anda bisa dengan beras…dengan uang. Intinya kan anda ikut peduli membantu orang lain. Ada solidaritas sosial. Ada pemerataan rezeki atau kekayaan yang diberikan Tuhan.

Saya:
Hmm … begitu toh. Yang granatnya mas.?

Blogger Kurang Ajar:
Yang granat..? Ya itu seperti yang dilakukan para teroris. Mereka baca ayat secara harfiah, tanpa dipahami maknanya secara luas, dan tanpa memahami situasi dengan arif, lalu mereka jadikan itu sebagai landasan untuk menilai dan menghakimi iman orang lain. Malah dijadikan sandaran untuk mengamuk, untuk membakar dan membom rumah anda.

Termasuk juga para demonstran yang mangamuk dan main bakar di jalanan. Mereka teriak Allahu Akbar untuk melempari, dan membakar kantor dan toko anda. Itu ucapan Allahu Akbar ….kan sudah dilecehkan untuk jadi granat.

Atau ketika terjadi perdebatan panas dalam sebuah seminar dan diskusi agama. Ketika salah seorang yang mengeluarkan pendapat dengan sinis menghujat pendapat lawan bicaranya, lalu sekelompoik hadirin yang berpihak padanya akan langusng berteriak: "huuuu .. Allahu Akbar.!!" Itu arti ucapan Allahui Akbar saat itu apa.? Apalagi kalau bukan untuk menghina kelompok lain yang berbeda pendapat dengan mereka. Dijadikan ayat Alquran untuk menilai jelek pendapat orang lain. Dijadikan granat untuk meneror orang lain.

Saya:
Hmm .. okey. Jadi kesimpulannya…???

Blogger Kurang Ajar:
Ya kembalikan fungsi Ayat Al Quran sebagaimana mestinya. Yaitu sebagai petunjuk. Sebagai penyejuk hati dan hidup manusia. Sehingga ketika kita sajikan dangan penuh makna dan hikmah, orang jadi tersentuh. Mungkin jadi menangis. Bukan asal kutip sebagai alat untuk mendukung emosi kita. Untuk pembenaran atas rasa marah dan rasa jijik kita pada orang lain yang menurut kita imannya tidak benar. Biarlah Tuhan yang menilai iman orang lain. Toh iman kita sendiri juga belum tentu benar dalam penilaian Tuhan. Jadi kalau soal iman, perbanyaklah rasa malu. Bukan teriaknya yang diperbanyak..!!! Toh Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga oleh Tuhan tetap istighfar setiap hari, karena selalu merasa belum sempurna imannya. Apalagi kita..!!


http://signatures.mylivesignature.com/54488/193/1F502CF6DD9295AD7AADAB14A92D4009.png

Jumat, 01 Oktober 2010

JIKALAH AKAN MENJADI MASA LALU

Menyambut miladku di bulan Oktober 2010 ini, maitua/istri/bekas pacar/kekasih/soulmate ku yang tercinta, menghadiahiku kisah inspiratif yang sangat menyentuh....terima kasih ya Say....dikau telah mengingatkanku, menasehatiku, mendampingiku dan melayaniku serta merawat & mendidik buah hati kita dengan penuh sabar dan keikhlasan yang pasti hanya ALLAH SWT yang mengetahui dan dapat membalasnya.....

Jikalah DERITA akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang KETEGARAN akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah KESEDIHAN akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa tidak DINIKMATI saja,
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah LUKA dan KECEWA akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang KETABAHAN dan KESABARAN adalah lebih utama.

Jikalah KEBENCIAN dan KEMARAHAN akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
Sedang MENAHAN DIRI adalah lebih berpahala.

Jikalah KESALAHAN akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang TAUBAT itu lebih utama.

Jikalah HARTA akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang KEDERMAWANAN justru akan melipat gandakannya.

Jikalah KEPANDAIAN akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta MEMIMPIN dunia agar sejahtera.

Jikalah CINTA akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang MEMBERI akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah BAHAGIA akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang BERBAGI akan membuatnya lebih bermakna.

Jikalah HIDUP akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak KEBAIKAN bisa DICIPTA.

Suatu hari nanti, SAAT SEMUA TELAH MENJADI MASA LALU aku ingin ada diantara mereka, Yang beralaskan di atas permadani sambil bercengkerama dengan tetangganya, Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu, Hingga mereka mendapat anugerah itu.

”Duhai kawan, dulu aku miskin dan menderita, namun aku tetap berusaha senantiasa bersyukur dan bersabar. Dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan cuma seujung kuku, di banding segala nikmat yang ku terima di sini.”

”Wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertobat dan tak mengulangi lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia.”

Suatu hari nanti, KETIKA SEMUA TELAH MENJADI MASA LALU, aku tak ingin ada di antara mereka, yang berpeluh darah dan berkeluh kesah, andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.  ”Duhai! Harta yang dahulu ku kumpulkan sepenuh raga, ilmu yang ku kejar setinggi langit, kini hanyalah masa lalu yang tak berarti. Mengapa dulu tak ku buat menjadi amal jariah yang dapat menyelamatkan ku kini?”

”Duhai! nestapa, kecewa, dan luka yang dulu ku jalani, ternyata hanya sekejap saja dibanding sengsara yang harus ku arungi kini. Mengapa aku dulu tak sanggup bersabar meski hanya sedikit jua?”

“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Oleh : Yuni Lisnawati ( e-Book Motivasi.exe -- Tafakur)