">

Rabu, 30 Juni 2010

Menikahi Wanita Bisu, Tuli, Buta dan Lumpuh


Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Maka ia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu dengan maksud hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah apel yang telah terlanjur dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja ia berkata, “Aku sudah memakan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku hanya khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”.

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.” Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orangtua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka.”
Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata, “Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu sudikah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang jatuh ke luar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang gadis yang lumpuh !”

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan semacam itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara ia memakan setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !”

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinannya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘Alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”. 

Maka pernikahanpun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum.”  Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir mengapa ayahnya menyampaikan berita yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya ? 

Setelah Tsabit duduk disamping istrinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?” Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?” tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya mengunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”. 

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang akan memelihara dirinya dan melindungi hak-haknya sebagai suami dengan baik. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya��Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.
Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik rupawan itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.

5 tips Menjadi ISTRI yang BAIK



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3kFqSQrr7rXsciLS4j-PtLkTS1a25diGEEK_EVYRDRtD5KUJz1MeEuEoSQbwrDMwYJsiBVIt3jTk6VKO5FQ7FTfd6HYDk7MGbpn8ryJVoF_8Al6zmPzNiR0Lnj77JNrFhFogcDtjG8WY/s320/3.jpg

Perubahan sikap biasanya bisa membuat seseorang menjadi lebih baik. Tetapi hal tersebut tidak cukup. Anda harus mengetahui bagaimana membangun rumah tangga yang baik. Berikut ini beberapa tips untuk menjadi seorang istri yang lebih baik.


1. Jangan Mencoba Mengubah Pasangan

Melarang suami untuk melakukan ini dan itu kemungkinan akan membuatnya menghindari Anda dan memutuskan untuk tidur di sofa.

Meminta perubahan kecil pada suami memang hal yang positif, namun mengubahnya sikapnya 180 derajat adalah hal salah. Ingat, Anda menikahinya karena menerima pasangan Anda apa adanya. Jangan intimidasi dia.

2. Katakan Yang Anda Inginkan

Cemberut seharian mengharapkan suami Anda menyadari kesalahannya bukanlah hal yang baik. Tinggalkan kebiasaan ini karena pria tidak akan tahu apa yang ada di dalam pikiran Anda.

Katakanlah apa yang Anda rasakan atau inginkan…,tentunya sampaikan hal tersebut dengan baik. Namun jika ia sulit diberitahu, cobalah dengan lebih tegas. Marah hanya meruncingkan masalah dan menjadikannya berlarut-larut.

3. "Terima Kasih"

Kata ini sering dilupakan pasangan yang sudah lama berhubungan. Anda mungkin mengatakannya saat mendapatkan sesuatu yang spesial seperti kado di hari ulang tahun, tapi tidak saat pasangan Anda menjemput anak-anak dari sekolah.

Dengan mengucapkan terima kasih atas apa yang telah suami Anda lakukan, maka pasangan Anda akan merasa bahwa usahanya dihargai. Mengatakan terima kasih bukanlah sesuatu yang sulit bukan?

4. Lepaskan Dia

Berapa jam waktu yang Anda butuhkan untuk ke salon? Setiap orang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, tidak terkecuali suami Anda.

Berikanlah dia waktu untuk dirinya sendiri. Jangan melarangnya berkumpul dengan teman-temannya atau menghabiskan malam menonton piala dunia. Selama Anda masih mempunyai waktu yang cukup bersamanya, maka Anda cukup mengingatkannya untuk menjaga kesehatannya (bergadang bisa membuat daya tahan tubuhnya menurun).

5. Wujudkan Impiannya

Tidak seperti wanita yang menginginkan tas Hermes atau gaun Chanel, impian pria biasanya bukanlah materi. Lagipula, tidak mungkin membelikannya sebuah Ferrari 360.

Impian kebanyakan pria adalah sebuah seks yang tidak biasanya….,sayangnya, yang satu ini agak sulit untuk ditebak, jadi sebaiknya Anda menanyakannya langsung. Mungkin saja bercinta dengan guru, suster ataupun french maid menjadi impian liarnya yang tidak terwujud selama ini. Siapkan kostum dan beraktinglah untuk puaskan si ‘dia’.

Jumat, 25 Juni 2010

Belajar dari Kisah Ariel


TIADA YANG ABADI

Takkan selamanya, tangan ini mendekapmu…
Takkan selamanya, raga ini khan menjagamu….
Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi…

Begitulah kira-kira sepenggal syair dari lantunan lagu Ariel Peterpen “Tak Ada yang Abadi” yang saya ingat. Sepertinya dengan lagu itu Ariel “sudah” memberikan satu isyarat bahwa dia tidak akan lama lagi  akan meninggalkan puncak gemerlap dan ketenaran sebagai pesohor di negeri Indonesia tercinta ini…entah dengan cara yang baik dan elegan atau bahkan dengan cara yang sangat memalukan.

Memang gemerlap dan kemilaunya kemewahan kehidupan dunia di akhir zaman ini seringkali begitu melenakan banyak manusia…sehingga terkadang dapat melupakan sisi-sisi kemanusian manusia itu sendiri. Betapa banyak contoh bisa kita saksikan di sekitar kita ataupun melalui berita-berita di koran, TV ataupun internet;  ada seorang anak yang tega membunuh ibu kandungnya karena ibunya belum bisa membelikan sepeda motor, seorang sopir/kenek tega membunuh hanya karena uang Seribu Rupiah, berapa banyak saudara yang melupakan bapak-ibu-saudara kandungnya bahkan melupakan nasehat dan wasiat orang tua hanya karena harta, pangkat dan wanita/istri yang dia punyai lebih dari saudara lainnya.

Yach itu mungkin sebagian contoh kasus yang sering kita dengar dan kita ketahui bahwa bila manusia sudah terjangkiti penyakit ‘ubuddunya’ atau cinta dunia, maka akan menerjang norma-norma kepantasan dan bahkan norma-norma dalam agama, sehingga manusia menjadi sombong, merasa besar dan paling kuasa….dsb.

Ketika berbicara masalah hidup dan kehidupan, pasti semua itu akan berjalan dalam bingkai “waktu” yang itu takkan bisa lepas, yang sesungguhnya telah diwasiatkan oleh baginda Nabi, yakni “Pergunakanlah waktu yang 5 sebelum datang waktu yang 5; masa muda sebelum datang tua, waktu senggang sebelum datang  sibuk,  ketika waktu kaya sebelum datang miskin, waktu sehat sebelum datang sakit, & waktu hidup sebelum datang kematian”. Bahkan begitu pentingnya waktu sehingga juga diabadikan dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran (QS.Al-Ashr)  Demi waktu/masa, bahwa mmanusia itu seluruhnya merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dengan benar dan bersabar.

Padahal kalau mau merenungi lebih dalam, berapa lamakah manusia akan dihidupkan Allah SWT di atas dunia fana dan dapat menikmati  segala kemewahan yang ada - karena semua pasti ada masanya - karena ada satu nasehat yang bijak bahwa “Kalau bukan dunia yang meninggalkan kita manusia, maka manusia yang pasti akan meninggalkan dunia”.   Kehidupan di dunia ini hanya permainan belaka, sedangkan  kehidupan di akherat kelak adalah kehidupan sesungguhnya.

Memang dunia ini diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia, dan manusia adalah sebagai khalifahnya, tetapi bukan berarti kita manusia harus terpaku dengan kehidupan dunia ini.  Dunia ini adalah sebagai kendaraan atau sarana yang diberikan oleh Allah SWT kepada seluruh umatnya (manusia) agar dipakai untuk mendekatkan diri kepadaNYA melalui jalan yang telah ditunjukkan oleh RasulNYA Muhammad SAW. Dan keputusan terakhir berpulang kembali pada manusianya, apakah akan tetap menganggap kehidupan dunia ini lebih penting untuk dikejar dari pada kehidupan “hari esok” yang panjang setelah datangnya kematian. 

posted by RR       Ambon, 25 Juni 2010

Jumat, 18 Juni 2010

Meliputi SEGALANYA


Karena seringnya mati lampu di kota saya, entah itu siang atau malam dan tidak peduli hari libur atau hari kerja maka kami (saya dan anak bungsu saya) pada saat menunaikan kewajiban sholat Magrib, Isya’ dan Subuh di masjid sebelah rumah yang jaraknya hanya beberapa meter saja seringkali kami harus berhati-hati dan tergopoh-gopoh dalam berjalan agar sampai di rumah Allah tersebut dengan aman…maklum kondisi jalan yang gelap gulita tanpa ada penerangan sedikitpun kecuali bila rembulan menebarkan pantulan sinarnya dan kondisi langit yang cerah.  
Suatu saat dalam perjalanan pulang dengan kondisi gelap tapi karena langit yang cerah sehingga sinar bintang-gemintang walaupun kecil masih bisa menerangi perjalanan kami menuju ke masjid, anak bungsu saya bertanya :
“Ayah, kalau Alloh Maha Besar apakah lebih besar dari langit di atas tempat bulan, matahari dan bintang-bintang itu Yah.?”  Dengan sedikit gelagapan dan bingung bagaimana cara memberi penjelasan kepada anak kami yang baru duduk di kelas 6 SD pada waktu itu..saya jawab :
”Kalau Alloh itu kalah besar dengan langit tempat bintang, matahari dan bulan berarti Alloh tidak Maha Besar lagi karena ada yang lebih besar daripada Alloh.”
“Terus Yah, katanya Alloh itu ada di Surga berarti kalau begitu Surga itu juga lebih besar dari Alloh dan dari langit di atas itu.?” 

Dengan sedikit pelan saya jelaskan,”itu katanya siapa nak..surga dan neraka itupun juga (mahluk) ciptaan Alloh..mana mungkin Alloh tinggal dan bersemayam di dalam mahlukNYA.? Yaah pokoknya Alloh itu meliputi segalanya yang ada di alam semesta ini baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh kita”. Tanpa saya perkirakan jawaban saya tadi melecut si bungsu untuk bertanya lagi : “Kalau Alloh meliputi segalanya berarti Alloh itu juga meliputi kotor/jorok>< bersih; baik >< buruk/jahat...itu bagaimana Yah..??

Pemikiran tersebut seringkali juga menyergap dan menyelinap di kepala kita yang kadang membuat hati juga menjadi ragu dan bertanya-tanya, karena biasanya yang keburukan, kekotoran, kejelekan dan kejahatan itu berada di bawah kontrol syaiton atau dengan kata lain Alloh SWT hanya ‘meliputi’ yang baik-baik saja, dan ‘tidak meliputi’ yang jelek dan buruk. Konsekwensinya adalah bahwa Alloh SWT tidak lagi ‘meliputi segala sesuatu’, padahal dengan gamblang Alloh menyatakan kepada kita : innahu bikulli syai-in mukhith – sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu. (QS.Fushilat, 41 : 54)
Memang kadang-kadang merasa ‘tidak nyaman’ ketika kita mencampur-adukkan yang baik dan yang buruk dalam Dzat Ketuhanan, masak Alloh meliputi yang buruk, kotor dan jahat… bukankah Alloh Maha Suci dari segala sifat itu..? Jadi apakah sifat keburukan dan kebaikan bisa mengenai pada Alloh – ini baik untuk Alloh atau ini buruk untuk Alloh – ini bisa bermanfaat buat Alloh dan yang itu bisa memberikan mudharat padaNYA...apakah ada yang bisa memberikan kebaikan dan mudharat pada Alloh…tentu saja tidak karena Alloh lah yang justru sumber dari  segala kebaikan dan keburukan.  Karena sesungguhnya kebaikan dan keburukan itu tidak berdampak pada DzatNYA, melainkan berdampak pada mahlukNYA
Di bawah ini adalah  sebuah cerita sebagai ilustrasi atau gambaran sederhana untuk memahami tullisan saya di atas ;
Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?  Apakah kejahatan itu ada?  Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini,
“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada ?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya ?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu ?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor…….Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada ?”…. “Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit  flu ?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Prof…, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.” Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Prof.., Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap…seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada…?” Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV…banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara- perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Prof…Kajahatan itu tidak ada., kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan…kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam.  Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein
.

Asmaul Husna in Rectangle, 99 Beautiful Names of Allah - Islamic Widget by Alhabib

Asmaul Husna in Rectangle, 99 Beautiful Names of Allah - Islamic Widget by Alhabib

Untuk Kaum PRIA or Para SUAMI

BISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIIM....
Assallamu'alaikum wrb,

Teman-teman yg di Muliakan Allah SWT, mari kita belajar lagi....barangkali kita melupakan sesuatu, khususnya untuk kaum Pria atau para Suami.

Kewajiban suami terhadap isterinya ,ialah memberikan nafkah belanja pada isteri, membelikan pakaian, makanan , tempat tinggal dan menggaulinya dengan baik dan sabar.

Rasulullah SAW bersabda :"Sebaik-baik kamu adalah yg paling baik kepada isteri dan keluarganya."

Jadi janganlah seorang suami berlaku seenaknya kepada isteri ataupun berlaku kasar...ucapkanlah Salam, sebelum pergi dan sesudah pulang dari mencari nafkah.

Bila suami mendapati perbuatan isteri yang kurang menyenangkan jangan langsung dimarahi dan terus dibenci, suami harus maklum dan sabar karena dia hanyalah seorang perempuan....berilah nasehat-nasehat terlebih dulu.

Firman Allah SWT :"Pergaulilah mereka isteri-istrimu dengan sabar dan bijaksana, tapi bila kamu membenci mereka karena perbuatannya, sama dengan kamu membenci sesuatu yang Allah Ta'ala jadikan padanya yang banyak kebaikan dan manfaatnya."

Memang benar Allah menciptakan perempuan banyak sekali manfaatnya, untuk laki-laki yang menjadi suaminya. Selain perempuan menjadi teman tidurnya, mengandung dan melahirkan anak-anaknya, mengurus suami juga putra/i nya, memasak, mencuci, membersihkan rumah, & banyak pula para perempuan membantu mencarikan nafkah untuk keluarganya.

Setelah kelelahan mengurus urusan rumah tangga, pada malam harinya harus melayani suaminya dengan senang hati.  Disamping seorang isteri harus berbakti kepada Tuhannya dgn shalat dan taat pada suaminya.

Tapi, kadang kalanya ada suami yang kurang pendidikan dan kurang imannya
tidak segan-segan memarahi isteri bila isteri berbuat sedikit kesalahan walaupun tidak seberapa artinya, .Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda :
"Janganlah kamu marah memukuli isterimu, padahal isterimu telah banyak berbuat kebaikan kepadamu.!!!"

Selain itu, kewajiban suami meyuruh isterinya sholat, puasa dan menuntut Ilmu agama.
Sebagai suami harus bertanggung jawab atas pemeliharaan dan peraturan dalam rumah tangga, karena suami adalah kepala keluarga yang harus memberikan contoh kepada isteri dan putra/putrinya. 

Bila perlu memarahi, tapi dalam batas-batas terentu, tidak kasar,
Suami berkewajiban memberi hiburan untuk menyenangkan hati isterinya.
Suami tidak Pelit (selingkuh soal keuangan terhadap isterinya).

Firman Allah SWT: "Orang laki-laki itu Pemimpin orang Perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain, lantaran kaum laki-laki itu memberi belanja nafkah dari uang mereka untuk kaum perempuan .
Wanita / istri yang baik (sholeha) ialah:mereka yang taat kepada suaminya, serta menjaga kehormatan dirinya waktu suami tidak ada di rumah, karena Allah pun juga akan memelihara diri mereka.

1.Laki-laki lebih unggul dari perempuan, maka Laki-laki wajib (Fardhu) memberi nafkah kepada perempuan dan keluarganya.

2.Perempuan tidak wajib mencari nafkah untuk keluarga, kalaupun kaum perempuan membantu mencari nafkah untuk keluarga itu artinya akan perempuan mendapatkan pahala bersedeqah untuk suami dan anak-anaknya.

1.LAKI-LAKI ADALAH PEMIMPIN BAGI PEREMPUAN.
( Q.S.an -Nisa : 34 ).
DAN SETIAP ORANG ADALAH PEMIMPIN.
Abu Hurairah r.a.berkata : "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Setiap diri kalian itu pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, dan seorang lelaki/suami itu pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintapertanggungjawaban tentang kepemimpinannya "  ( Mutafaq 'Alaihi ).

2.LAKI-LAKI/SUAMI WAJIB MENYELAMATKAN KELUARGA DARI API NERAKA.
(Q.S.at-Tahrim : 6 ).

3.LAKI-LAKI/SUAMI WAJIB PERINTAHKAN KELUARGA UNTUK MENUNAIKAN SHALAT . ( Q.S.Thahaa :132.).

4.SUAMI WAJIB BERSIKAP YANG BAIK TERHADAP ISTRI .
( H.R.Ahmad ).

5.SUAMI BOLEH MEMUKUL ISTRI YANG SIFATNYA MENDIDIK.
( H.R. at-Tirmidzi ).
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah Saw bersabda  :
"Seorang mukmin tidak boleh menyakiti mukminat, jika ia membenci akhlaknya carilah yg disukai selain itu " ( H.R.Muslim ).

6.JADILAH SUAMI YANG IDEAL .

Sayyid al Habib Abdullah al Hadad berkata :
"Seorang laki-laki yang sempurna (ideal ) ialah yang memaafkan  (jika diabaikan) hak-haknya dan tidak memaafkan ( jika mengabaikan ) hak-hak Allah SWT, dan laki-laki yg kurang sempurna itu yang keadaanya  sebaliknya " ( 'Uqudu al Lujiin :hal 5 ).

7.SUAMI WAJIB MEMBERIKAN NAFKAH (sandang-pangan ) DAN RUMAH TINGGAL UNTUK KELUARGANYA.  ( Walaupun baru ngontrak saja).

8.SUAMI WAJIB MENJADI IMAM YANG BAIK & MEMBERIKAN CONTOH -CONTOH YANG BAIK KEPADA KELUARGANYA. ( Jujur, tekun, rajin, sholeh, tidak mau menang sendiri (EGOIS), mau membantu istri bila tidak ada pembantu, atau bila istri baru melahirkan .)

9.SUAMI HARUS MENYAYANGI DAN MENCINTAI ISTRINYA DGN TULUS.
PAHALA SUAMI YANG SABAR TERHADAP ISTRINYA .
Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa yg sabar atas kejelekan akhlak
istrinya.Allah akan memberinya pahala seperti pahala yg diberikan pada Nabi Ayyub a.s atas kesabarannya meng-hadapi cobaan "  ( ' Uqudu al Lujiin : 4 ).

Wassallam,
Bunda Lilis Stanlie.

NARA SUMBER: Kumpulan dari beberapa Maj'lis Ta'lim di Bandung. 

Tentang CINTA

CINTAI SAYA APA ADANYA bukan ADA APA-APANYA

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus Akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan...rasa sensitif-nya kurang, dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan". Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?" Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok.". Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ...

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

" Sayang ketika kamu mengetik di komputer lalu program-program di PC-nya kacau dan akhirnya kau menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya dan kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu.

Sayang, kamu juga selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.

Sayang, kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk menunjukkan jalan kepadamu.

Sayang, kamu selalu sakit dan pegal-pegal pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.

Cinta, ketika kamu sedang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi "aneh". Maka saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.

Cinta, kamu terlalu sering menatap layar kaca TV dan komputermu serta membaca buku sambil tiduran dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Saya tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barangku, dan saya tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagia saya bila kau bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Aku peluk dia penuh kebahagiaan,....ooh, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai aku lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, padahal tanpa kita sadari Cinta itu telah terwujud dalam bentuk yang lain walau tidak sesuai dengan wujud yang kita harapkan

Seringkali kali kita menuntut Cinta kepada pasangan kita, namun jarang terpikir oleh kita sejauhmana Cinta yang telah kita berikan padanya. Berikan Cinta Kasih yang tulus kepadanya, kalaupun dia belum membalasnya yakinlah ALLAH pasti akan membalas dan membisikkan CintaNYA kepadanya untuk diberikan kepada kita.

Di bawah naungan ajaran Islam, kedua pasangan suami istri menjalani hidup mereka dalam kesenyawaan dan kesatuan dalam segala hal; kesatuan perasaan, kesatuan hati dan dorongan, kesatuan cita-cita dan tujuan akhir hidup dan lain-lain.

Di antara keagungan Al-Qur'an dan kesempurnaannya, kita melihat semua makna tersebut, baik yang sempat terhitung atau pun tidak, tercermin pada satu ayat al-Qur'an, yaitu:
"Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka." (al-Baqarah:187)

Jumat, 11 Juni 2010

Ketetapan Rezeky


Tuhan Telah Menetapkan Rezeki Kita, 
Bukan pada Jumlahnya Tetapi pada Syaratnya

Ada Kepantasan bagi segala sesuatu
Jika yang kita minta besar, maka pantaskanlah diri kita untuk menerima yang besar

Dan jika mengeluhkan kecilnya penghormatan orang lain kepada kita, mungkin itu adalah
pemberitahuan untuk memeriksa yang sedang kita lakukan, agar kita tidak melanjutkan sikap dan perilaku
yang memantaskan kita bagi penghormatan kecil dari orang lain.

Perhatikanlah, selalu ada pemberitahuan untuk memperbaiki diri di dalam keluhan kita sendiri.

Sahabat saya yang berhak bagi sebesar-besarnya rezeki,
Marilah kita mulai dengan menerima formula yang ketetapannya sudah dibuktikan sejak lahirnya kemanusiaan, bahwa :
  Rezeki kita kecil, jika kita bernilai kecil bagi orang lain.
  Rezeki kita besar, jika kita bernilai besar bagi orang lain.
  Dan satu lagi, Rezeki itu bukan hanya uang. 

Rezeki itu meliputi semua rahmat Tuhan bagi kita, yang bisa berupa kesehatan, kedamaian, ilmu, keluarga yang sejahtera dan berbahagia, nama baik, dan pengaruh yang besar untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan. 

Dan yang tertinggi nilainya dari semua rezeki adalah IMAN kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apakah ada yang lebih indah daripada hidup dalam keimanan, berpamitan dari kehidupan dunia dalam keimanan, dan memasuki surga dalam keimanan..?
Maha Besar Tuhan, dengan semua kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
Maka, Marilah kita membesarkan nilai kita bagi orang lain, dan mengikhlaskan penghitungan imbalannya kepada Tuhan. 

Janganlah seperti dia yang malas, penunda, dan peragu, tetapi yang galak menyalahkan orang lain yang tidak memuliakan kehidupannya.
Orang yang malu untuk mengajukan dirinya yang bernilai dan menghindari bekerja bagi keuntungan banyak orang, harus berani menjadi orang yang tidak dibutuhkan.
Orang yang tidak dibutuhkan, tidak akan dinilai.
Karena, Tingginya kebutuhan orang lain atas peran kita, menentukan tingginya penghargaan atas kehadiran kita. Janganlah juga seperti dia yang malas untuk menjadikan dirinya pandai, menunda pekerjaan bagi kebaikan orang lain, dan meragukan kemungkinan berhasil dari rencana-rencananya sendiri; tetapi marah dalam doa-doanya yang menuduh Tuhan berlaku tidak adil. Tuhan Maha Adil. 

Yang bernilai bagi orang lain, akan dijadikan-Nya bernilai.
Apakah kita sampai hati meminta Tuhan menjadikan orang yang malas, tidak jujur, dan penggerutu untuk hidup dalam keindahan yang disediakan untuk jiwa-jiwa baik yang bermanfaat bagi saudaranya..?
Ada kepantasan bagi segala sesuatu. Jika yang kita minta besar, maka pantaskanlah diri kita untuk menerima yang besar. 

Dan jika kita mengeluhkan kecilnya penghormatan orang lain kepada kita, mungkin itu adalah pemberitahuan untuk memeriksa yang sedang kita lakukan, agar kita tidak melanjutkan sikap dan perilaku yang memantaskan kita bagi penghormatan kecil dari orang lain.
Perhatikanlah, bahwa Selalu ada pemberitahuan untuk memperbaiki diri didalam keluhan kita sendiri. Dan untuk adik-adik saya yang besar impiannya, Jadikanlah kehadiranmu diantara orang banyak, sebagai kehadiran yang menguntungkan. 

Jika rezekimu penting, maka pentingkanlah peranmu bagi kebaikan orang lain. Jadikanlah dirimu pandai, rajin, dan jujur.
Tuhan telah menetapkan rezeki kita.
Bukan pada jumlahnya, tetapi pada syaratnya.
Maka, Jadikanlah dirimu pandai, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang pandai, yang bermanfaat bagi banyak orang karena ilmunya. 

Rajinkanlah dirimu, agar rezeki mu adalah rezeki orang yang melakukan banyak hal yang menyenangkan banyak hati, yang menjernihkan kehidupan orang yang sedang kalut, yang menguatkan mereka yang sedang lemah, dan yang menunjukkan jalan keluar bagi mereka yang sedang tersesat. 

Jujurkanlah dirimu, agar rezekimu adalah rezeki orang yang amanah dalam memangku tugas, yang menasehatkan kebenaran, dan menasehatkan kesabaran. Jadikanlah yang kau lakukan sebagai bukti dari kebenaran yang kau katakan. Dan janganlah engkau mengatakan yang tidak akan kau lakukan. Setialah kepada yang benar. 

Jadikanlah diri mu teladan dalam penyetiaan diri kepada yang benar, karena dengannya Tuhan akan mengutus semua kekuatan di alam ini untuk menjadi pembuka jalan bagimu, menjadi pemelihara kebaikanmu, dan menjadi penjaga dari fitnah dan keburukan.
Apakah tadi aku mendengar hatimu mengatakan, amiiiinnn...? 

Adikku, itu penting sekali. Apa pun yang baik dari perkataan orang yang kau dengar atau yang kau baca, katakanlah ‘amiin’ dengan setulus-tulusnya, karena dengannya engkau menjadikan kebaikan yang dikatakan dan dituliskan itu sebagai doamu.
Dan karena engkau mengatakannya bersama banyak orang yang juga mendengar dan membacanya, maka sebetulnya kekuatan dari doamu dikalikan dengan pelipatan yang sangat besar. Sudah lebih jelas sekarang bagimu, mengapa engkau dianjurkan untuk bergaul dengan mereka yang baik? 

Dalam pergaulan yang baik, engkau akan selalu menemukan kebaikan, engkau akan mendengar dan membaca kebaikan, yang cukup dengan sedikit keikhlasan mu untuk mengucapkan amiin, akan memaafkan tahun-tahun panjang yang pernah kau lewatkan tanpa doa dan ibadah, dan menggantikannya dengan masa kini dan masa depan yang lebih lapang dan damai. 

Engkau adalah kekasih Tuhan. Maka berlakulah yang pantas bagi kedekatan yang demikian indah dengan Tuhan. 

Sahabat saya yang terkasih,
Mudah-mudahkan Tuhan menguatkan kita untuk mencapai perubahan besar yang sudah lama kita niatkan itu. Apakah tadi Anda mendengar diri Anda mengatakan ‘amiiin’…?
Super..!!! Marilah kita tetap bersaudara dan bersahabat dalam kebaikan. Sampai kita bertemu dan berbincang ramah suatu ketika nanti.

Terima kasih dan salam super,
[Mario Teguh]

Minggu, 06 Juni 2010

Saling Mengingatkan

 Sudah Siapkah Ketika Kita Dipanggil Pulang Allah SWT

Bersihkanlah dirimu sebelum kamu dimandikan..!
Berwudhu'lah kamu sebelum kamu diwudhu'kan..!
Bersolatlah kamu sebelum kamu disolatkan...!
Tutuplah rambutmu sebelum rambutmu ditutupkan..!
Dengan kain kafan yang serba putih..!
Pada waktu itu tidak guna lagi bersedih....
Walaupun orang yang hadir itu merintih....

Selepas itu kamu akan diletakan di atas lantai....
Lalu dilaksanakanlah solat Jenazah
Dengan empat kali takbir dan satu salam
Berserta Fatihah, Selawat dan doa....
Sebagai memenuhi tuntutan Fardhu Kifayah

Tapi apakah empat kali takbir itu dapat menebus....
Segala dosa meninggalkan sholat sepanjang hidup..?
Apakah solat Jenazah yang tanpa rukuk dan sujud....
Dapat membayar hutang rukuk dan sujudmu yang telah luput...?

Sungguh tertipulah dirimu jika beranggapan demikian....
Justeru ku menyeru sekalian Muslimin dan Muslimat....
Usunglah dirimu ke tikar Sholat....
Sebelum kamu diusung ke liang lahad....
Menjadi makanan cacing dan mamahan ulat...!

Iringilah dirimu ke masjid....
Sebelum kamu diiringi ke Pusara...!
Tangisilah dosa-dosamu di dunia....
Kerana tangisan tidak berguna lagi di alam baqa'....!

Sucikanlah dirimu sebelum kamu disucikan...!
Sadarlah kamu sebelum kamu disedarkan.. ..
Dengan panggilan Izra'il yang menakutkan...!
Berimanlah kamu sebelum kamu ditalkinkan!
Karena ianya hanya berguna untuk yang tinggal....
Bukan untuk yang pergi...!

Beristighfarlah kamu sebelum kamu diistighfarkan...!
Namun ketika itu istighfar tidak menyelamatkan...!
Ingatlah di mana saja kamu berada.....
Kamu tetap memijak bumi Tuhan....!
Dan dibumbungi dengan langit Tuhan...!

Serta menikmati rezeki Tuhan...!
Justeru bila Dia menyeru,....
Sambutlah seruan-Nya Sebelum Dia....
memanggilmu buat kali yang terakhirnya...!
Ingatlah kamu dahulu hanya....
setetes air mani yang tidak berarti!

Lalu menjadi segumpal darah...!
Lalu menjadi seketul daging...!
Lalu daging itu membaluti tulang...!
Lalu jadilah kamu insan yang mempunyai arti....

Ingatlah asal usulmu yang tidak bernilai itu....
Yang kalau jatuh ke tanah Ayam tak patuk itik tak sudu...!
Tapi Allah mengangkatmu ke suatu mercu....
Yang lebih agung dari malaikat!

Lahirmu bukan untuk dunia....
Tapi gunakanlah ia buat melayar bahtera akhirat....!
Sambutlah seruan 'Hayya 'alas Sholaah'....
Dengan penuh rela dan bersedia....!
Sambutlah seruan 'Hayya 'alal Falaah'..
Jalan kemenangan akhirat dan dunia....!

Ingatlah yang kekal ialah amal....
Menjadi bekal sepanjang jalan....!
Menjadi teman di perjalanan. ..
Guna kembali ke pangkuan Tuhan....!

Pada hari itu tiada berguna.....
Harta, tahta dan putera....
Isteri, credit card dan kereta....
condominium, saham dan niaga....
Kalau dahi tak mencium sejadah di dunia.....!!!

' Saling berpesan-pesan untuk kearah kebaikkan'
by: Khalifah di bumi ALLAH


sumbeR: http://www.facebook.com/notes/hdiz-g-n/sudah-bersediakah-anda-ketika-dipanggil-pulang-oleh-allah-swt/403091858076

Mengapa Kita Membaca Al Qur'an Meskipun Tidak Mengerti Artinya...?

Posting pertama di bulan Juni prend, saya punya bahasan menarik nih. Kamu-kamu pada sering baca Al Qur'an kan, tapi ngerti artinya gak...? Mestinya sih kita baca Al Qur'an sekaligus memahami maknanya. Tapi walaupun gak tau artinya, tetep bermanfaat juga kok kalo kita membaca Al Qur'an. Saya punya satu cerita yang berhubungan sama topik ini and semoga bermanfaat bagi kita semua,,,Amin.

Seorang Muslim tua Amerika hidup di suatu perkebunan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Qur'an di meja makan dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk meniru dalam cara apapun semampunya. Suatu hari si cucu bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'an seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur'an?"

Dengan tenang sang Kakek meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata, "Bawa keranjang batubara ini ke sungai lalu bawa kemari lagi penuh dengan air." Maka si cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi". Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Si cucu berlari lebih cepat, tetapi lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong. Lalu si cucu mengambil satu ember air sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air; aku hanya mau satu keranjang air."

"Ayolah, usaha kamu kurang cukup" kata sang kakek sambil ke luar rumah untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi si cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, " Lihat Kek,percuma!" . Lalu kakek bertanya, "Jadi kamu pikir percuma?"

Kakek berkata, "Lihatlah keranjangnya". Si cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. "Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur ' An, walaupun kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah di dalam dan di luar dirimu " kata sang kakek.

Ya,,,itu satu cerita pendek yang bisa mengibaratkan kenapa kita membaca Al Qur'an meski kita tidak tahu artinya. Walaupun tidak tahu artinya, kita tetap mendapatkan banyak hal positif dari membaca Al Qur'an. Setidaknya pikiran menjadi lebih rileks, hati tentram & damai, and tentunya mendapat pahal & ridho dari Allah SWT. Tetapi alangkah lebih baiknya jika kita membaca sekaligus memahami arti dari Al Qur'an tersebut.

Jumat, 04 Juni 2010

Kisah Nyata…Tujuh kali naik Haji tidak bisa melihat Ka’bah



Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.
Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”.
Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah).” Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan. Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitullah, mengharap rahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kmebali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah. Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.

Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehan dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.
Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah.

Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. “Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.
Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon. “Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya. “Oh, bagus…..Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu. “Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

“Disana….” sambung Sarah, “Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”
Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. “Astagfirullah……” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dala perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah. “Cuma itu ?!?! tanya ulama terperangah. “Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !”. ucap ulama dengan nada tinggi.

“Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal. “Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.” “Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama.
“Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.” “Maksudnya ?”. tanya ulama tidak mengerti.

“Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”
“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.”

Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.
“Cuma itu yang kamu lakukan ? Masya Allah….!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan”.

Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.

Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”

BUMI MENOLAKNYA
Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.

“Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad,” ujar Hasan. Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. “Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?”. tanya Ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita : Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri.
Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya. “Aku minta supaya kau jangan menengok ke belekang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu.

Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya. Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkah seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.

Demikian yang diceritakan Hasan kepada Ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, Ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa-apa saja yang telah diceritakan oleh ibunya kepada Ulama itu.

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.


Dari Inboxku