">

Jumat, 25 Juni 2010

Belajar dari Kisah Ariel


TIADA YANG ABADI

Takkan selamanya, tangan ini mendekapmu…
Takkan selamanya, raga ini khan menjagamu….
Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi…

Begitulah kira-kira sepenggal syair dari lantunan lagu Ariel Peterpen “Tak Ada yang Abadi” yang saya ingat. Sepertinya dengan lagu itu Ariel “sudah” memberikan satu isyarat bahwa dia tidak akan lama lagi  akan meninggalkan puncak gemerlap dan ketenaran sebagai pesohor di negeri Indonesia tercinta ini…entah dengan cara yang baik dan elegan atau bahkan dengan cara yang sangat memalukan.

Memang gemerlap dan kemilaunya kemewahan kehidupan dunia di akhir zaman ini seringkali begitu melenakan banyak manusia…sehingga terkadang dapat melupakan sisi-sisi kemanusian manusia itu sendiri. Betapa banyak contoh bisa kita saksikan di sekitar kita ataupun melalui berita-berita di koran, TV ataupun internet;  ada seorang anak yang tega membunuh ibu kandungnya karena ibunya belum bisa membelikan sepeda motor, seorang sopir/kenek tega membunuh hanya karena uang Seribu Rupiah, berapa banyak saudara yang melupakan bapak-ibu-saudara kandungnya bahkan melupakan nasehat dan wasiat orang tua hanya karena harta, pangkat dan wanita/istri yang dia punyai lebih dari saudara lainnya.

Yach itu mungkin sebagian contoh kasus yang sering kita dengar dan kita ketahui bahwa bila manusia sudah terjangkiti penyakit ‘ubuddunya’ atau cinta dunia, maka akan menerjang norma-norma kepantasan dan bahkan norma-norma dalam agama, sehingga manusia menjadi sombong, merasa besar dan paling kuasa….dsb.

Ketika berbicara masalah hidup dan kehidupan, pasti semua itu akan berjalan dalam bingkai “waktu” yang itu takkan bisa lepas, yang sesungguhnya telah diwasiatkan oleh baginda Nabi, yakni “Pergunakanlah waktu yang 5 sebelum datang waktu yang 5; masa muda sebelum datang tua, waktu senggang sebelum datang  sibuk,  ketika waktu kaya sebelum datang miskin, waktu sehat sebelum datang sakit, & waktu hidup sebelum datang kematian”. Bahkan begitu pentingnya waktu sehingga juga diabadikan dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran (QS.Al-Ashr)  Demi waktu/masa, bahwa mmanusia itu seluruhnya merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dengan benar dan bersabar.

Padahal kalau mau merenungi lebih dalam, berapa lamakah manusia akan dihidupkan Allah SWT di atas dunia fana dan dapat menikmati  segala kemewahan yang ada - karena semua pasti ada masanya - karena ada satu nasehat yang bijak bahwa “Kalau bukan dunia yang meninggalkan kita manusia, maka manusia yang pasti akan meninggalkan dunia”.   Kehidupan di dunia ini hanya permainan belaka, sedangkan  kehidupan di akherat kelak adalah kehidupan sesungguhnya.

Memang dunia ini diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia, dan manusia adalah sebagai khalifahnya, tetapi bukan berarti kita manusia harus terpaku dengan kehidupan dunia ini.  Dunia ini adalah sebagai kendaraan atau sarana yang diberikan oleh Allah SWT kepada seluruh umatnya (manusia) agar dipakai untuk mendekatkan diri kepadaNYA melalui jalan yang telah ditunjukkan oleh RasulNYA Muhammad SAW. Dan keputusan terakhir berpulang kembali pada manusianya, apakah akan tetap menganggap kehidupan dunia ini lebih penting untuk dikejar dari pada kehidupan “hari esok” yang panjang setelah datangnya kematian. 

posted by RR       Ambon, 25 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar